Assalammu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh..
Selamat datang di blog miRanita....salam kenal yah...
Blog ini saya buat hanya untuk mengisi kekosongan waktu saya dengan sedikit menorehkan kata-kata yang di entri oleh jari jemari saya melalui mylepi yang selalu setia kalau saya lagi bingung mo ngapain...
Yang mo baca-baca monggo mawon...dan kalo bisa tinggalkan jejak yah..dengan menulis komentar...
selamat membaca...semoga bermanfaat...

Jumat, 15 Oktober 2010

Doa Tahajud

Orang beriman yang benar-benar memahami hakikat kehidupan di dunia tidak akan pernah membiarkan dirinya tenggelam dalam kesenangan sehingga membuat lupa diri. Demikian pula saat mengalami kesedihan, maka ia tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam keputus-asaan.



Di antara ciri khas orang beriman ialah saat ia dirundung malang, maka ia segera kembali kepada Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Allah Subhaanahu wa ta’aala. Ia segera mengingatNya (dzikrullah) dan memanggil-Nya. Sebab ia tahu bahwa hanya dengan mengingat dan memanggil Allah sajalah hati akan memperoleh ketenteraman. Tidak ada tempat lain yang patut dijadikan muara pengaduan selain kepada Rabb, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa kehidupan ini.



الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ



”Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’du ayat 28)



Setiap orang pasti pernah mengalami kondisi hidup yang mendatangkan kesedihan. Bahkan kadangkala bila ujian hidup terasa begitu berat ia menjadi penderitaan yang menimbulkan kesedihan sangat mendalam. Barangkali ada yang anaknya -buah hatinya- baru saja berpulang ke Rahmatullah. Atau barangkali seseorang baru saja bercerai dengan pasangan hidupnya. Atau barangkali baru dapat vonis dokter kalau dirinya mengidap penyakit berat. Atau barangkali anak pertamanya lahir dengan ketidak-sempurnaan fisik alias cacat permanen. Apapun keadaannya, yang jelas semua itu merupakan ujian Allah bagi orang beriman. Bila ia lulus menghadapinya, maka derajat imannya akan naik di sisi Allah.



Alhamdulillah kita punya Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam yang memberikan tuntunan bagaimana seharusnya kita selaku orang beriman berrespon terhadap keadaan sulit dalam hidup di dunia fana ini. Beliau mengajarkan sebuah do’a bagi siapapun yang menderita kesedihan mendalam.



Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Doa orang yang sedang menderita (kesedihan yang mendalam) ialah:



“Ya Allah, RahmatMu aku harapkan, janganlah Engkau serahkan segala urusanku kepada diriku sendiri walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau.” (HR Abu Dawud)



Dari do’a ini sekurangnya ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik:



Pertama, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengarahkan orang yang menderita kesedihan mendalam agar hanya dan hanya mengharapkan rahmat (kasih-sayang) Allah. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan ummatnya agar senantiasa kembali kepada Allah sebelum segala sesuatunya. Sebab betapapun keadaan sulit yang dihadapi seseorang, namun jika dirinya masih dirahmati Allah berarti ia masih dikategorikan sebagai orang yang beruntung. Alangkah ruginya seseorang yang berhasil meraih berbagai kesuksesan duniawi namun dirinya jauh dari rahmat (kasih-sayang) Allah. Alangkah tertipunya orang yang berhasil mendapat simpati bahkan pujian manusia banyak namun Allah tidak mencurahkan rahmat-Nya kepada dirinya.



Kedua, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan kita untuk selalu bertawakkal hanya kepada Allah semata dalam semua urusan dan situasi kehidupan. Jangan hendaknya seseorang menyerahkan urusan dan persoalan hidupnya kepada dirinya sendiri atau kepada manusia lain. Sebab tidak ada manusia yang menguasai taqdir hidup dirinya sendiri apalagi orang lain. Allah sajalah Yang Maha Kuasa untuk mengubah hidup kita dari suatu keadaan kepada keadaan lainnya. Allah sajalah Yang Maha Kuasa untuk mengubah taqdir seseorang. Oleh karenanya kita disuruh berdo’a kepada Allah. Jika do’a kita diperkenankan oleh Allah, maka sangat mungkin taqdir kita berubah. Mohonlah kepada Allah agar segala urusan kita diperbaiki-Nya.



Ketiga, kita disuruh mengulang kembali ikrar Tauhid Laa ilaaha illa Allah. Sebab dengan kita mengulang kembali komitmen fundamental ini, maka Allah akan memandang kita sebagai seorang mu’min yang memahami sepenuhnya ucapan dalam sholat kita yang berbunyi:



إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ



”Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS Al-Fatihah ayat 4)



Saudaraku, marilah kita menghibur diri di kala sedih dengan jalan terbaik, yaitu mengikuti sunnah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Marilah kita biasakan membaca do’a yang Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ajarkan. Semoga dengan demikian Allah benar-benar akan mendatangkan ketenteraman bagi kita bersama. Selain itu, mudah-mudahan Allah akan memberi solusi terbaik saat kita menghadapi berbagai ujian kehidupan dunia yang fana ini.



Elok kiranya bila dalam rangka mengharapkan agar do’a kita lebih mungkin dikabulkan Allah, maka kita perbanyak membaca do’a pelipur lara ini ketika kita sedang dalam keadaan bersujud, khususnya ketika sujud terakhir dalam sholat-sholat sunnah kita. Sebab Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ



“Sedekat-dekatnya hamba kepada Rabbnya ialah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah do’a.” (HR Muslim)



Terlebih kita tambahkan solat Tahajud, dengan diawali doa yang pnuh hikmah sbb :



Berkata Abu Salamah ibnu Abdurrahman bin Auf: “Aku bertanya kepada Ummul Mu’minin Aisyah: Dengan doa apakah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam membuka sholatnya bila ia bangun malam?” Aisyah menjawab: “Bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bangun malam beliau membuka sholatnya dengan: Allahumma Rabba Jibriila wa Mikaaiila wa Iraafiila Faathiros-samawaati wal ardhi ‘aalimal-ghaibi wasy-syahaadati anta tahkumu baina ‘ibaadika fiima kaanuu fiihi yakhtalifuuna ihdinii limakhtulifa fiihi minal-haqqi bi-idznika innaka tahdii man tasyaa-u ilaa shiraatim-mustaqiim (“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui hal-hal yang ghaib dan nyata. Engkau yang menghukumi (memutuskan) di antara hamba-hambaMu dalam perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku, dengan seizinMu, pada kebenaran dalam perkara yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Engkau menunjukkan jalan yang lurus bagi orang-orang yang Engkau kehendaki.”) (HR Muslim 1289)



Pertama, doa ini diawali dengan menyeru Allah dengan beberapa atribut muliaNya. Mula-mula si hamba menyebut Allah sebagai Rabb dari tiga malaikat mulia yang masing-masing mempunyai tugas-tugas tertentu yang luar biasa. Yaitu malaikat Jibril yang merupakan panglima alias pimpinan segenap malaikat lainnya. Di samping itu malaikat Jibril juga bertugas mengantarkan wahyu kepada para Rasul Allah. Subhaanallah...! Jadi, kita seolah diingatkan bahwa Allah yang kita seru di tengah malam itu ialah Rabb dari malaikat yang telah mengantarkan wahyu Kitabullah Zabur kepada Nabiyullah Daud ’alihis-salaam, Kitabullah Taurat kepada Nabiyullah Musa ’alihis-salaam, Kitabullah Injil kepada Nabiyullah Isa ’alihis-salaam serta Kitabullah Al-Quran Al-Karim kepada Nabi kita Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.



اللَّهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ

“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfll...”



Kemudian kita menyeru Allah yang merupakan Rabb malaikat Mikail, yaitu malaikat yang bertugas mengantarkan rizki setiap makhluk ciptaan Allah. Setiap manusia memperoleh rizki, maka malaikat inilah yang bertugas mengantarkan dan memastikan ia sampai kepada manusia tersebut. Bahkan hingga rizki segenap hewan dan tumbuh-tumbuhan.... Semua memperoleh rizkinya berkat izin Allah semata via kurir istimewa malaikat Mikail ini. Subhaanallah...! Jadi, melalui potongan doa ini kita seolah diingatkan bahwa Allah yang kita jadikan tempat mengeluh di tengah malam itu ialah Rabb Pemberi Rizki yang Maha Murah dan bahwa Allah mempunyai malaikat yang bertugas sebagai aparat penyalur rizki yang tidak pernah sesaatpun lalai ataupun malas menjalankan tugasnya...!

Selanjutnya kita memanggil Allah yang merupakan Rabb dari malaikat Israfil, yaitu malaikat yang bertugas meniup sangkakala pada saatnya sebanyak dua kali. Tiupan pertama pertanda dimulainya peristiwa dahsyat hari Kiamat. Selanjutnya begitu Kiamat tegak maka tidak ada satupun makhluk yang akan dibiarkan Allah masih bernyawa selain malaikat Maut pancabut nyawa. Hingga Allah akan mencabut nyawa malaikat Maut itu dengan tanganNya sendiri. Wallahu’a’lam. Selanjutanya malaikat Israfil akan meniup sangkakala kedua kalinya sebagai pertanda dihidupkan dan dibangkitakannya kembali segenap makhluk dari kuburnya.



وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ

إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ



”Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS Az-Zumar ayat 68)



Jadi, melalui potongan doa ini kita diingatkan akan Allah sebagai Yang Maha Tahu dan Maha Kuasa menetapkan bila akan terjadinya peristiwa dahsyat hari Kiamat. Hari dimana manusia tidak akan sanggup membayangkannya. Hari dimana Allah akan hancurkan segenap alam semesta yang diciptakan dengan tanganNya sendiri atas Kehendaknya sendiri. Kemudian Allah izinkan malaikat Israfil untuk meniup sangkakala sebagai pertanda diawalinya peristiwa dahsyat tersebut. Untuk selanjutnya meniup sangkakala sekali lagi pertanda tegaknya hari berbangkit dimana setiap manusia akan berdiri satu per satu menunggu giliran dirinya diperiksa dan diadili oleh Allah Yang Maha Perkasa, Maha Adil lagi Maha Bijaksana.



Kedua, selanjutnya kita menyeru Allah dalam kaitan sebagai Pencipta langit dan bumi. Artinya, melalui potongan doa ini kita diingatkan betapa kecil dan tidak berdayanya diri ini di hadapan Allah Yang Maha Agung yang telah menciptakan segenap lapisan langit dan bumi beserta segenap isinya. Subhaanallah...! Hal ini diharapkan akan menumbuhkan rasa tunduk dan berserah diri dalam hati menghadapi Allah Dzat yang Maha Kuasa satu-satunya fihak tempat kita menghamba, mengabdi, bergantung dan memohon pertolongan.



فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

.” Wahai Pencipta langit dan bumi.”



Ketiga, kemudian kita menyeru Allah Yang Maha Tahu perkara ghaib maupun nyata dalam kehidupan ini. Artinya, potongan doa ini menumbuhkan dalam diri bahwa fihak yang kita seru di tengah malam adalah Rabb Yang tidak saja mengetahui segenap perkara yang tampak dan bisa diindera, melainkan juga mengetahui segenap perkara tidak tampak bahkan di luar jangkauan panca indera manusia. Allah ialah Dzat Yang Maha Tahu apa yang sudah, sedang dan akan terjadi dengan segenap rincian kejadiannya. Allah ialah Dzat Yang Maha Tahu segenap perkara baik dalam dimensi yang terjangkau oleh fikiran manusia maupun tidak. Allah ialah Dzat Yang Maha Tahu segenap peristiwa yang dialami makhluk kasar manusia maupun makhluk halus, baik jin maupun malaikat. MasyaAllah...!



عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ

”Wahai Rabb yang mengetahui hal-hal yang ghaib dan nyata.”



Keempat, kemudian kita bersaksi bahwa Allah merupakan Hakim yang Maha Bijaksana, Maha Adil lagi Maha Baik. Allah memutuskan dengan keputusan terbaik dalam berbagai perkara yang diperselisihkan oleh hamba-hambaNya. Dan kita kaitkan dengan realitas dunia dimana kita saksikan dewasa ini begitu banyak perbedaan pendapat dan perselisihan antara manusia. Baik itu dalam urusan pribadi, perdagangan, politik, sosial, budaya, seni, pendidikan, hukum, militer, antar negara dan lain-lain. Melalui potongan doa ini, kita diingatkan bahwa sebaik-baiknya penyelesaian menghadapi segala perbedaan pendapat dan perselisihan antar sesama manusia ialah dengan mengembalikannya kepada Allah, Wahyu Allah, Kitabullah dan hukum Allah.



أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

”Engkau yang menghukumi (memutuskan) di antara hamba-hambaMu dalam perkara yang mereka perselisihkan.”

Kamis, 13 Mei 2010

Aku Ingin Jadi Orang Biasa Yang Sederhana

Ini bukanlah puisi, tapi sekedar renungan dari gelisahnya hati, tentang harta pinjaman yang Allah titipkan pada kami ..

Apalagi yang harus dicari di dunia, selain mempersiapkan bekal menuju kesana?
Aku takut berlimpahnya harta akan menyilaukan mata dan hatiku.
Takut nyamannya rumah dan kendaraan membuatku tak lagi mampu meletakkan harta di tangan, tapi telah jauh meracuni hatiku.
Dan aku sungguh takut dengan ujian harta ini.

Aku bukan tak ingin kaya.
Juga tak ingin hidup miskin.
Aku hanya ingin memilih selalu hidup sederhana.
Aku ingin menjadi orang biasa.

Biarlah rumah kami begini, apa adanya, asal keluargaku dapat berteduh dan beristirahat, terhindar dari panasnya matahari dan basahnya hujan. Rumah model kampung dan tak mengikuti tren arsitektur terbaru. Tak harus mewah, tak harus terlihat indah dan artistik.

Aku malu pada Rasul yang hanya tidur di atas tikar kasar tiap harinya, sementara di rumahku tersedia kasur spring bed yang kadang terlalu memanjakan penggunanya sehingga terlambat sholat berjamaah.

Aku malu pada Syekh Ali Ghuraisyah, yang hanya menjadikan krak botol minuman yang ditutup sehelai kain lusuh untuk meja dan kursi tamunya. Sementara di rumahku ada beberapa kursi, meskipun kuno dan bukan sofa, yang cukup enak diduduki.

Aku malu pada Usamah Bin Ladin, yang tak memiliki satu buah furnitur pun di rumah keempat istrinya, sementara untuk amal sosial dengan mudah dia akan mengeluarkan cek senilai ratusan juta dollar.

Mereka bukan orang miskin, tapi mereka adalah orang-orang yang memilih untuk hidup sederhana.

Biarlah kendaraan kami biasa saja, sepeda motor yang sudah cukup berumur dan mobil kuno 1990-an yang sudah berkarat di beberapa sisinya. Asal dengan itu telah mampu membantuku beraktivitas dan menghemat banyak hal dalam perjalanan.

Aku malu pada Rasul dan Abu Bakar, yang menempuh perjalanan Makkah-Madinah dengan berjalan kaki, padahal mudah bagi beliau untuk meminta diperjalankan oleh Allah dengan Buraq sekalipun.

Aku malu pada Syekh Hasan Al-Banna & Syaikh Umar Tilmisani, yang lebih memilih naik kereta kelas ekonomi untuk berdakwah di seantero Mesir, meski secara finansial sangat mampu untuk naik kereta kelas di atasnya.

Aku malu pada pemuda Taufiq Wa’i, yang tak mau hanya sekedar naik taxi seperti saran bunda Zainab Al-Ghazali, karena khawatir tak mampu menyikapi fasilitas itu dengan benar.

Biarlah kemana-mana aku ingin naik angkutan umum kelas ekonomi, selagi fisik mampu diajak berkompromi. Bukan naik taxi atau kelas eksekutif. Bukan karena sayang mengeluarkan uang, tapi sungguh bersama orang-orang berbagai tipe di kelas ekonomi itu, banyak pelajaran yang dapat kuambil, dan itu mampu melembutkan hati.

Biarlah aku memiliki baju secukupnya saja, tak harus mengikuti model terbaru. Yang penting masih utuh dipakai dan cukup pantas dilihat orang. Aku takut menjadi penganut paham materialis, berburu berbagai koleksi baju, kerudung, tas, alat tulis, perlengkapan elektronik... bukan karena perlu tapi hanya sekedar ingin.

Aku malu pada khalifah kelima, Umar bn Abdul Aziz, yang setelah menjadi khalifah justru memilih jenis pakaian yang paling kasar dan paling murah pada pedagang yang sama, hingga membat takjub si pedagang karena sebelumnya sang Umar adalah seorang yang sangat memperhatikan penampilan.


Aku bahagia, saat melihat pak NN dengan istri dan ke-6 anaknya yang kecil-kecil dapat berteduh di salah satu rumah kami tanpa bayar sejak 8 tahun lalu. Jujur, melihat kehidupan perekonomian mereka yang makin membaik, kadang tergoda untuk mulai menerapkan prinsip ’profesional’ dengan perjanjian sewa.

Tapi, Astaghfirul-Lah.. kembali kutepis keinginan itu. Mungkin, justru lewat wasilah doa-doa tulus pak NN-lah, Allah selalu memberikan rezki yang berlebih padaku dan keluarga. Ya Rabb, biarkanlah rumah itu menjadi ladang amal pintu pembuka rahmatMu bagi kami.

Aku bahagia, meski piutang-piutang kami untuk berbagai keperluan pada beberapa orang tak kunjung terbayarkan sampai berbilang tahun bahkan berpuluh tahun. Aku pun tak ingat lagi persis jumlah nominalnya. Aku percaya, mereka semua bukan tak mau membayar, tapi belum mampu membayar.

Tentu mereka malu untuk tiap waktu hanya menghubungi lalu mohon maaf dan meminta penangguhan waktu pembayaran. Mereka juga manusia, yang memiliki izzah. Biarlah, mungkin mereka butuh waktu. Mungkin Allah sedang mengajarkan arti ikhlas pada kami. Biarlah, kalau memang ternyata sampai nanti pun tak mampu terbayarkan, Allah yang akan menggantinya dengan yang lebih baik. Insya Allah....

Bahkan, mungkin dari mulut-mulut merekalah, teman-teman yangn membutuhkan itu, meluncur doa-doa ikhlas untuk kami sekeluarga, yang langsung didengar Allah di Arsy sana, hingga Allah berikan kemudahan rizki pada kami.

Aku ingat, salah seorang teman yang sudah cukup lama berhutang sekian juta, demi mengetahui bahwa aku akan menunaikan ibadah haji beberapa tahun lalu, dia mengirim sms: "Semoga hajimu mabrur ya Ning. Jangan lupa aku titip doa, doakan aku agar semua masalahku terangkat, kehidupanku menjadi lebih baik, dan aku dapat segera menunaikan kewajibanku pada kalian yang sudah tertunda sekian tahun.

Aku malu sebetulnya bicara begini. Tapi aku tahu, kalian bisa menerima dengan lapang".
Hiks, sungguh aku terharu dan menetes air mataku membaca sms itu.

Ya Allah, Alhamdulillah
telah Kau berikan rizki padaku dan keluargaku, lebih dari yang kami butuhkan.
telah Kau karuniai aku dengan suami sholeh, yang selalu mengingatkanku tentang amanah harta dan anak.
telah Kau anugerahi aku anak-anak soleh solehah yang mampu menjadi penyejuk hati.
telah Kau berikan padaku ilmu yang mempermudahkanku menjemput rizkiMu

Ya Allah, mudahkanlah kami untuk selalu berbagi, melalui rizki yang Kau titipkan pada kami.

Hindarkan dari hati kami orientasi selalu mencari keuntungan duniawi.
Ijinkan dan biarkanlah sebanyak mungkin orang dapat ikut menikmati rizki ini.
Kami ingin setiap rupiah yang mengalir lewat tangan kami, juga bermanfaat untuk saudara-saudara kami.

Sayup-sayup, kudengar refrain nasyid Antara Dua Cinta-nya Raihan

Tuhan, leraikanlah dunia
yang mendiam di dalam hatiku
karena disitu tidak ku mampu
mengumpul dua cinta
Hanya cintaMu, kuharap tumbuh
diibajai bangkai dunia yang kubunuh ...

Oleh Mukti Amini

Hidayah Milik Allah

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, mungkin kita sering berfikir, sudah banyak sekali cara kita untuk menyadarkan seseorang yang kita cintai, untuk merubah sifat seseorang yang sangat disayangi. Akan tetapi, segala cara dan upaya kita, ternyata tidak mampu untuk merubahnya menjadi seseorang yang baik. Sebenarnya apa yang salah dengan upaya kita, bagaimanakah caranya agar kita dapat merubah seseorang?

Mengenai hal ini, perlu kita ketahui, hidayah atau petunjuk hanyalah milik Allah, bagaimana pun upaya kita untuk merubah seseorang, bagaimana pun kerja keras kita untuk menyadarkan seseorang, maka itu tidak ada artinya jika Allah tidak menghendaki hidayah kepadanya, orang tersebut tidak akan berubah sampai Allah memberikannya hidayah. Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).

Ibnu katsir mengatakan mengenai tafsir ayat ini, “Allah mengetahui siapa saja dari hambanya yang layak mendapatkan hidayah, dan siapa saja yang tidak pantas mendapatkannya”.

Syaikh Muhammad ibnu Shalih Al-Utsaimin menerangkan, “Hidayah di sini maknanya adalah hidayah petunjuk dan taufik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan hidayah ini kepada orang yang pantas mendapatkannya, karena segala sesuatu yang dikaitkan dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mesti mengikuti hikmah-Nya.”

Dari hal ini, sangat jelaslah bagi kita, hidayah hanyalah milik Allah, dan Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendakinya. Barangsiapa yang Allah beri hidayah, tidak ada seorang pun yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang telah Allah sesatkan, tidak ada seorang pun yang bisa memberi hidayah kepadanya. Allah berfirman yang artinya “Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213) dan Allah berfirman yang artinya “Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemberi petunjuk.” (QS. Az-zumar:23).

Setelah mengetahui hal ini, lantas bagaimana upaya kita untuk mendapatkan hidayah? Bagaimana caranya membuat orang lain mendapatkan hidayah?


Cara Menggapai Hidayah.

Di antara sebab-sebab seseorang mendapatkan hidayah adalah:

1. Bertauhid

Seseorang yang menginginkan hidayah Allah, maka ia harus terhindar dari kesyirikan, karena Allah tidaklah memberi hidayah kepada orang yang berbuat syirik. Allah berfirman yang artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-an’am: 82).

2. Taubat kepada Allah

Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang yang tidak bertaubat dari kemaksiatan, bagaimana mungkin Allah memberi hidayah kepada seseorang sedangkan ia tidak bertaubat? Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya”. (QS. Ar-Ra’d: 27).

3. Belajar agama

Tanpa ilmu (agama), seseorang tidak mungkin akan mendapatkan hidayah Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya “Jika Allah menginginkan kebaikan (petunjuk) kepada seorang hamba, maka Allah akan memahamkannya agama”. (HR Bukhori)

4. Mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi hal yang dilarang

Kemaksiatan adalah sebab seseorang dijauhkan dari hidayah. Allah berfirman yang artinya “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.”
(An-nisa: 66-68).

5. Membaca Al-qur’an, memahaminya mentadaburinya dan mengamalkannya

Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus”. (QS. Al-Isra:9).

6. Berpegang teguh kepada agama Allah

Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imron:101).

7. Mengerjakan sholat

Di antara penyebab yang paling besar seseorang mendapatkan hidayah Allah adalah orang yang senantiasa menjaga sholatnya, Allah berfirman pada surat al-baqoroh yang artinya “Aliif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya dan merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”

Siapa mereka itu, dilanjutkan pada ayat setelahnya “yaitu mereka yang beriman kepada hal yang ghoib, mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rizki yang diberikan kepadanya” (QS. Al-baqoroh:3).

8. Berkumpul dengan orang-orang sholeh

Allah berfirman yang artinya “Katakanlah: “Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami.” Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am:72).

Ibnu katsir menafsiri ayat ini, “Ayat ini adalah permisalan yang Allah berikan kepada teman yang sholeh yang menyeru kepada hidayah Allah dan teman yang jelek yang menyeru kepada kesesatan, barangsiapa yang mengikuti hidayah, maka ia bersama teman-teman yang sholeh, dan barang siapa yang mengikuti kesesatan, maka ia bersama teman-teman yang jelek. “

Dengan mengetahui hal tersebut, marilah kita berupaya untuk mengerjakannya dan mengajak orang lain untuk melakukan sebab-sebab ini, semoga dengan jerih payah dan usaha kita dalam menjalankannya dan mendakwahkannya menjadi sebab kita mendapatkan hidayah Allah. Syaikh Abdullah Al-bukhori mengatakan dalam khutbah jum’atnya “Semakin seorang meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah, niscaya bertambah hidayah padanya. Seorang hamba akan senantiasa ditambah hidayahnya selama dia senantiasa menambah ketaqwaannya. Semakin dia bertaqwa, maka semakin bertambahlah hidayahnya, sebaliknya semakin ia mendapat hidayah/petunjuk, dia semakin menambah ketaqwaannya. Sehingga dia senantiasa ditambah hidayahnya selama ia menambah ketaqwaannya.”

Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah kepada kita dan orang-orang yang ada disekeliling kita, aamiin. Washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.

Untuk Lebih lengkapnya silakan baca masuk kesini:
http://www.facebook.com/l/cab08;buletin.muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/hidayah-milik-allah

Kamis, 29 April 2010

Apa Pantas Berharap Surga?

Sholat dhuha cuma dua rakaat, qiyamullail (tahajjud) juga hanya dua rakaat, itu pun sambil terkantuk-kantuk. Sholat lima waktu? Sudahlah jarang di masjid, milih ayatnya yang pendek- pendek saja agar lekas selesai. Tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah, terlipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu.

Lupa pula dengan sholat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib. Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk catatan, "Kalau tidak terlambat" atau "Asal nggak bangun kesiangan." Dengan sholat model begini, apa pantas mengaku ahli ibadah?

Padahal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malamnya dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah. Tak jarang kaki-kaki mereka bengkak oleh karena terlalu lama berdiri dalam khusyuknya. Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka. Ketika adzan berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas menuju sumber panggilan, kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata.

Baca Qur'an sesempatnya, itu pun tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya. Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini tak sedikit pun membuat dada ini bergetar, padahal tanda-tandaorang beriman itu adalah ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka tergetarlah hatinya. Hanya satu dua lembar ayat yangsempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin. Kadang lupa, sedang sibuk, kadang malas. Yang begini ngaku beriman?

Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan nafas mereka untuk meredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah. Sesekali mereka terhenti, tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya.

Tak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dengan tetes air mata. Setiap tetes yang akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa mereka jatuh karena lidah-lidah indah yang melafazkan ayat-ayat Allah dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi.

Bersedekah jarang, begitu juga infak. Kalau pun ada, dipilih mata uang terkecil yang ada di dompet. Syukur-syukur kalau ada receh. Berbuat baik terhadap sesama juga jarang, paling-paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial, yah hitung-hitung ikut meramaikan. Sudah lah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit, senyum. Apa sih susahnya senyum? Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah?

Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui, senyum indahnya, tutur lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya bukan semata milik Khadijah, Aisyah, dan isteri-isteri beliau yang lain. Juga bukan semata teruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya. Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya, bahkan kepada musuhnya sekali pun. Ia juga mengajarkan para sahabat untuk berlomba beramal shaleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.

Setiap hari ribut dengan tetangga. Kalau bukan sebelah kanan, ya tetangga sebelah kiri. Seringkali masalahnya cuma soal sepele dan remeh temeh, tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau perlu ditambah sumpah tujuh turunan. Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aib dan kejelekan saudara sendiri.

Detik demi detik dada ini terus jengkel setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain celaka atau mendapatkan bencana. Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini? Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak?

Wajah Indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga Allah kelak. Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para pemilik wajah indah pula. Tak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang dicintai Allah itu? Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri?

Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. Terhadap orang tua kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalah lagi mendoakan mereka, mungkin tidak pernah. Padahal mereka tak butuh apa pun selain sikap ramah penuh kasih dari anak-anak yang telah mereka besarkan dengan segenap cinta. Cinta yang berhias peluh, air mata, juga darah. Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah?

Dari ridha orang tua lah, ridha Allah diraih. Kaki mulia ibu lah yang disebut-sebut tempat kita merengkuh surga. Bukankah Rasulullah yang sejak kecil tak beribu memerintahkan untuk berbakti kepada ibu, bahkan tiga kali beliau menyebut nama ibu sebelum kemudian nama Ayah?

Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat masih bisa mendapati tangan lembut untuk dikecup, kaki mulia tempat bersimpuh, dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan?

Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu. Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang terkasih itu hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka? Jangan tunggu penyesalan…


Astaghfirullaah...

http://www.eramuslim.com

Jumat, 23 April 2010

CINTA KITA

Inilah aku apa adanya
Yang ingin membuatmu bahagia
Maafkan bila ku tak sempurna
Sesempurna cintaku padamu

Ini cintaku apa adanya
Yang ingin selalu di sampingmu
Ku tahu semua tiada yg sempurna
Di bawah kolong langit ini

Jalan kita masih panjang
Ku ingin kau selalu disini

Biar cinta kita tumbuh harum mewangi
Dan dunia menjadi saksinya
Untuk apa kita membuang-buang waktu
Dengan kata kata perpisahan

Demi cinta kita aku akan menjaga
Cinta kita yg telah kita bina
Walau hari terus berganti hari lagi
Cinta kita abadi selamanya

Jalan kita masih panjang
Ku ingin kau selalu disini

Biar cinta kita tumbuh harum mewangi
Dan dunia menjadi saksinya
Untuk apa kita membuang-buang waktu
Dengan kata kata perpisahan

Demi cinta kita aku akan menjaga
Cinta kita yg telah kita bina
Walau hari terus berganti hari lagi
Cinta kita abadi selamanya

Tausiyah Untukku

Mendekatlah kepada Allah dengan mencintai Al Qur'an...
Tdk ada yg lebih baik drpd nya yg dibawa seseorang dlm mengahdapkan dirinya kpd Allah...
Jgnlah meminta dan mencapai kepentingan dunia dgn menjadikannya sbg alat...
dia akan menjadi saksi pd hari kiamat...
bisa menjadi pembelamu juga bisa membongkar keburukanmu...
dialah nasihat yg tulus dan tdk pernah menipu...
petunjuk yg tdk pernah menyesatkan...
cukupkanlah dirimu dgn nya...

Selasa, 13 April 2010

Perhitungan Zakat

Kekayaan apapun yang kita dapatkan itu semua adalah amanah dan sama sekali bukan milik kita semua. Ada hak orang lain yang wajib ditunaikan dan disisihkan dari penghasilan kita. “ dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta). ” (QS. Al-Ma'arij (70): 24-25)

Zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (berupa gaji, upah atau honor) jika sudah mencapai nilai tertentu (nishab). Profesi yang dimaksud mencakup profesi pegawai negeri sipil (PNS) atau swasta, dan lain-lain.

Harta yang kita peroleh dari apa-apa yang kita usahakan apabila telah mencapai nisab atau haul maka hal itu wajib dizakati, termasuk gaji. Perintah zakat atas profesi/gaji adalah perintah adanya keumuman lafaz Surat Al-Baqarah[2] 267: "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik".

Ulama menjelaskan zakat wajib dipungut dari gaji ada dua pendapat ulama dalam hal ini: Pertama; zakat profesi/gaji dianalogikakan dengan zakat pertanian, dikeluarkan zakatnya saat menuai panen/mendapatkan hasil/gaji/upah sebulan sekali, dengan syarat cukup nishab (520 kg beras), jika harga beras yang biasa dikonsumsi Rp 5.000 maka nishabnya 520 x 5000 = Rp 2.600.000. Kalau gaji suami Ibu Ati perbulan sudah mencapai nishab, maka wajib zakat sebesar 2,5% x Rp. 2.600.000 = Rp. 65.000. Demikian juga apabila gaji yang tidak tetap itu pada bulan berikutnya didapatkan melebihi nishab (misal Rp 2.800.000), maka wajib berzakat sebesar 2,5% x Rp. 2.800.000 = Rp.70.000. Sebaliknya jika gaji tidak tetap bulan berikutnya suami Ibu Ati didapatkan kurang dari nishab (misal Rp 1.200.000) maka tidak wajib zakat dan sangat dianjurkan untuk bersedekah yang juga besar fadilahnya. "Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensuci-kan jiwa itu". (QS. Asy-Syams: 9)

Lebih jelasnya dibawah ini ada contoh lain dari perhitungan zakat gaji dan profesi yang tidak tetap dikeluarkan tiap bulan tergantung pendapatan gaji perbulan:

1. Suami Ibu Ati adalah seorang menejer di sebuah perusahaan terkemuka dengan penghasilan tiap bulan : a. Gaji resmi Rp. 7.000.000,- b. Bonus kelebihan target produksi Rp. 2.000.000,- c. Pendapatan dari dinas luar Rp. 500.000,- d. Pendapatan lain-lain Rp. 900.000,- Jumlah : Rp. 10.400.000,- (berarti bulan ini melebihi nishab)

Nishab (520 kg beras x Rp 5.000 maka nishabnya sebesar Rp 2.600.000.)

Besarnya zakat: 2,5% x Rp. 10.400.0000,- = Rp.260.000,-/bulan

2. Suami Ibu Ati adalah seorang dokter spesialis anak yang bekerja di sebuah Rumah Sakit Pemerintah dengan penghasilan tiap bulan: a. Gaji resmi Rp. 3.000.000,- b. Buka praktek di rumah Rp. 6.000.000,- c. Pendapatan lain Rp. 2.000.000,- Jumlah: Rp. 11.000.000,- (berarti gaji bulan ini melebihi nishab)

Nishab (520 kg beras x Rp 5.000 maka nishabnya sebesar Rp 2.600.000.)

Besarnya zakat: 2,5% x Rp. 11.000.000,- = Rp. 275.000,-

Kedua; zakat profesi/gaji dianalogikakan dengan zakat emas/perdagangan ditunaikan setahun sekali dengan nishab emas 85 gram asumsi harga emas sekarang @se-gram Rp. 300.000 berarti setara dengan Rp. 25.500.000,- , Perhitungan zakat gaji dari pendapat ini di mana semua gaji suami Ibu diakumulasikan selama setahun dan ditunaikan zakatpun setahun sekali sebesar 2,5%.

Simulasi Contoh Perhitungan zakat Gaji Suami Ibu Ati: A. Pemasukan Pemasukan Gaji Suami Ibu Ati: - Bulan 1-4 Rp. 3.000.000,- x 4 = Rp. 12.000.000 - Bulan 5-7 Rp. 2.700.000,- x 3 = Rp. 8.100.000 - Bulan 8-10 Rp. 3.500.000,- x 3 = Rp. 10.500.000 - Bulan 11-12 Rp. 5.000.000,- x 2 = Rp. 10.000.000 Total Bersih Pendapatan: Rp. 40.600.000,- B. Nishab Nishab senilai emas 85 gram (harga emas sekarang @se-gram Rp. 300.000) = Rp. 25.500.000,- C. Zakatkah? Berdasarkan simulasi data pemasukan gaji Suami Ibu Ati tersebut (Rp. 40.600.000,-), sebab melebihi nishabnya (85 gram emas = Rp. 25.500.000,-). berarti Suami Ibu Ati wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5% x Rp. 40.600.000,-= Rp. 1.015.000 (pertahun) atau juga bisa diangsur perbulan sebesar 84.583 (khawatir ditunaikan setahun sekali memberatkan muzakki). Sebaliknya kalau kurang dari nishabnya (85 gram emas = Rp. 25.500.000,-) maka tidak wajib zakat dan sangat dianjurkan untuk bersedekah sebab berkah dan terhindar dari malapetaka. Rasulullah bersabda: " Bila engkau membayar zakat kekayaan maka berarti engkau telah membuang yang tidak baik darinya". (H.R. Hakiem)

Al-hasil, menurut hemat kami perhitungan zakat gaji yang tidak tetap suami Ibu Ati jika cukup nishab maka wajib zakat dan boleh memilih salah satu pendapat ulama yang pertama (dianalogikakan dengan zakat pertanian ditunaikan zakatnya cukup nishab sebulan sekali sebesar 2,5%) atau pendapat ulama yang kedua (dianalogikakan dengan zakat perdagangan/emas ditunaikan zakatnya cukup nishab setahun sekali atau ada juga yang membolehkan menunaikannya sebulan sekali sebesar 2,5%).

Demikian semoga dapat dipahami. Waallahu A’lam.

by M Zen

Senin, 12 April 2010

Doa Setelah Sholat Dhuha

Doa Setelah Sholat Dhuha

ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBAADAKASH SHALIHIN.

Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

Minggu, 28 Maret 2010

Dyspepsia

Dyspepsia?..
kata itu yang saya temukan di surat keterangan dokter yang baru saya baca padahal sudah saya terima beberapa hari yang lalu, karena penasaran tengtang penyakit apa yang saya derita. Dan ternyata Dyspepsia...kemudian saya langsung cari di internet tentang hal tersebut.Semoga bisa menambah ilmu dan pengetahuan kita .


Ternyata dyspepsia itu adalah penyakit yang menyerang usus dan mengindikasikan abnormalitas dalam sistem pencernaan. Dyspepsia lebih sering dikenal dengan nama indigestion (gangguan pencernaan).

Dyspepsia atau istilah yang sering dimengerti masyarakat sebagai maag atau penyakit lambung, adalah kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman.

Ada beberapa hal yang berpengaruh terhadap timbulnya dyspepsia ini.
Penyebab dyspepsia atau maag :
1. Pengeluaran asam lambung berlebih
2. Pertahanan dinding lambung yang lemah
3. Infeksi helicobacter pylory (sejenis bacteri yang hidup di dalam lambung, dalam jumlah kecil) ketika asam lambung yang dihasilkan lebih banyak kemudian pertahanan dinding lambung menjadi lemah, bakteri ini bisa bertambah banyak jumlahnya, apalagi disertai kebersihan makanan yang kurang
4. Gangguan gerakan saluran cerna
5. Strees psikologis.

Dyspepsia ada yang sifatnya organik dan fungsional. Namun disarankan semua penderita penyakit ini sebaiknya melakukan pemeriksaan tuntas.
Pemeriksaan yang paling kita pilih untuk melakukan pengecekan adalah dengan endoskopi yaitu memasukkan alat melalui mulut, sehingga bisa melihat kerongkongan, lambung, sampai usus 12 jari secara langsung.

Dyspepsia organik misalnya terjadi pada tukak lambung, tukak usus 12 jari, atau ada tumor, dan polip atau hemangioma. Sedangkan pada penderita dyspepsia fungsional, sebetulnya tidak ada kelainan. Kalaupun ada kelainan hanya gambaran suatu gastrotis/gambaran radang pada mukosa lambung.

Berikut ini adalah gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola dan mencegah timbulnya gangguan pada lambung :
1. Atur pola makan
2. Olah raga teratur
3. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung (coklat, keju, dll)
4. Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang, melon, semangka, dll)
5. Hindari makanan yang terlalu pedas
6. Hindari minuman dengan kadar caffeine, alkohol, dan kurangi rokok
7. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung
8. Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.

Pada umumnya, dyspepsia merupakan sekumpulan sindrom yang mengindikasikan suatu masalah di kerongkongan, perut, atau usus duabelas jari. Gejala utamanya adalah rasa sakit atau tidak nyaman di perut bagian atas. Tetapi, ada pula gejala-gejala lain yang menyertai gejala utama tersebut, seperti:

* heartburn (rasa panas seperti terbakar di dada bagian bawah)
* kembung
* sendawa
* cepat merasa kenyang
* mual atau muntah

Dyspepsia disebabkan oleh beragam hal yang dapat ditelusuri berdasarkan kategorinya.

1. Non-ulcer dyspepsia adalah dyspepsia yang tidak diketahui penyebabnya karena - bila diendoskopi - bagian kerongkongan, perut, atau duodenum terlihat normal, tidak menunjukkan borok sama sekali. Diperkirakan 6 dari 10 penderita dyspesia tergolong dalam kategori ini.
2. Duodenal and stomach (gastric) ulcers yakni dyspesia yang disebabkan oleh borok di usus duabelas jari atau lambung. Jenis ini kerap dinamai peptic ulcer.
3. Duodenitis and gastritis atau radang di usus duabelas jari dan/atau lambung. Radang tersebut bisa saja ringan atau parah, tergantung boroknya.
4. Acid reflux, oesophagitis and GORD. Acid reflux terjadi ketika zat asam keluar dari lambung dan naik ke kerongkongan. Acid reflux bisa menyebabkan esofagitis (radang kerongkongan) atau gastro-oesophageal reflux disease (GORD - acid reflux, dengan atau tanpa esofagitis).
5. Hiatus hernia atau lambung bagian atas menekan dada bagian bawah melalui bagian diafragma yang bermasalah. Biasanya hiatus hernia hanya menyebabkan GORD.
6. Infeksi bakteri H. pylori.
7. Efek samping obat-obatan tertentu, misalnya obat-obatan anti peradangan atau obat-obatan lain (misalnya antibiotik dan steroid).

Bila Anda merasakan sakit yang tidak biasa di bagian perut Anda, segera temui dokter Anda. Sebaiknya jangan mengonsumsi obat secara sembarangan. Bisa jadi Anda mengalami apa yang dialami oleh seorang teman itu: sindrom dyspepsia.